Salahkah saya dan kami-kami yang mengambil keuntungan (berkah) sebesar-besarnya di bulan Ramadhan ini?
Kalau sebuah perusahaan menerapkan satu bulan khusus (satu bulan saja) dimana pegawainya mendapatkan honor berdasarkan hasil pekerjaan yang nilainya berkali-kali lipat dari honor di luar bulan itu (misalnya saja 10 kali lipat), pasti nih, pasti, pegawainya pada jadi rajin, berlomba-lomba bekerja mendapatkan hasil sebesar-besarnya agar mendapatkan honor sebesar-besarnya. Itu permisalan di dunia, yang honornya hanya berupa rupiah.
Lha, kalau bulan Ramadhan ini adalah satu bulan dimana Allah melipatgandakan nilai setiap ibadah hambanya berkali-kali lipat (bahkan jauh lebih besar dari 10 kali lipat), dan yang Allah berikan bukan sekedar rupiah yang nilainya setiap saat selalu turun, tapi yang Allah berikan adalah keberkahan, kasih sayang Allah, maka siapakah yang tak mau mengambil keuntungan sebesar-besarnya dalam bulan mulia ini?
Maka bermunculan para ustadz/ustadzah dadakan yang setiap saat menuliskan ayat al-Quran atau hadits atau nasihat-nasihat dalam ketaqwaan di status di facebook atau timeline di twitter atau postingan blog seperti saya ini, sesungguhnya mereka mengharap keberkahan Allah datang pada mereka.
Pada kesempatan ini, saya ingin menuliskan kembali khutbah lima menit sebelum sholat tarawih yang saya dengarkan tadi malam. Temanya adalah tentang Ramadhan bulan penuh ampunan.
Pada bulan Ramadhan ini Allah membuka pintu ampunan sebesar-besarnya bagi hamba-hambanya yang mau berusaha. Bagi kaum muslimin, apabila ia ingin memohon ampunan kepada Allah, maka tak ada yang sulit asalkan ia mau berusaha. Kita sebagai seorang muslim telah diberi banyak kemudahan dalam beribadah. Tidak seperti agama yang lain, apabila kita ingin berhubungan dengan Allah, kita tidak memerlukan perantara, tidak memerlukan alat-alat khusus, baju khusus, persembahan khusus, bahkan tak memerlukan tempat khusus.