Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian.
Indonesia, dilihat dari konteks geografis dan geologis merupakan daerah yang rawan bencana seperti bencana tsunami, letusan gunung api dan tanah longsor/gerakan tanah, gempa dan lainnya.
Kasus gempa yang mencuat tahun 2011 ini adalah gempa Sumatera Utara (Sumut) dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Gempa berkuatan 6,7 Skala Richter (SR) yang terjadi pada Selasa (6/9) pukul 00.55 WIB dilaporkan mengakibatkan ratusan rumah di kedua wilayah rusak.
Sumber gempa ini ada di Zona Benioff, yakni pada subduksi atau batas lempeng yang menunjam, bukan di Segmen. Wilayah ini pernah tercatat beberapa kali terjadi gempa yakni pada 1936 dengan kekuatan 7,2 SR pada 1916 dan 1921 (6,8 SR),selanjutnya pada 1987 (5,5 SR).
Sepertinya alam memang sedang murka, belum habis kepiluan yang terjadi akibat gempa, derita rakyat indonesia terlengkapi dengan gejolak aktivitas gunung api. Beberapa yang sedang menjadi kekhawatiran masyarakat adalah aktivitas gunung Papandayan, Anak Ranaka, Saputan, Lokon, Karangetang di Sulawesi. Namun diantara kelima gunung yang aktif tersebut gunung Papandayan yang paling ditakuti, sebab dari waktu kewaktu aktivitasnya cenderung naik.
Badan Geologi mengungkapkan bahwa per September 2011 ada 22 gunung api yang statusnya di atas normal. Gunung api yang statusnya waspada ada sebanyak 17 gunung. Malah pada 31 Agustus lalu atau malam Lebaran, ada dua gunung api yang statusnya waspada plus, yakni Gunung Tambora, Sumbawa, dan Gunung Lewotobi Perempuan di Flores Timur, NTT.