Jembatan Kali Oya yang terletak di desa Semin terletak di sebelah utara pasar Semin ini telah berumur belasan tahun, namun masih memiliki struktur yang kokoh. menurut catatan sejarah, jembatan ini telah berumur lebih dari 20 tahun ini, diresmikan oleh KGPAA Pakoealam VIII yang dulu menjabat sebagai gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, jembatan kali oya ini menghubungkan dua pedukuhan yakni pedukuhan semin dan keringan dan sekaligus menjadi batas wilayah teritorial antara dua pedukuhan ini.
Jembatan yang dikenal warga setempat dengan sebutan jembatan kedung wates ini telah mengalami banyak perubahan,baik dari struktur dan letaknya,catatan sejarah dan bukti fisik yang masih dapat di lihat dari jembatan ini yaitu tepat di sisi timur dari jembatan yang sekarang masih terdapat fondasi jembatan lama yang merupakan peninggalan penjajah kolonial Belanda.
perubahan posisi jembatan ini berpengaruh terhadap bentuk dan arah jalan dari dan ke ibukota kecamatan Semin, salah satu dampaknya adalah semakin tajamnya tikungan yang tepat berada di sisi selatan jembatan. akibatnya, tak jarang banyak pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan di tikungan ini. meskipun pihak pemerintah telah melakukan tindakan pengamanan di tikungan ini, misalnya membuat pagar besi namun kecelakaan masih sering terjai di tikungan jembatan ini.
perubahan posisi jembatan ini berpengaruh terhadap bentuk dan arah jalan dari dan ke ibukota kecamatan Semin, salah satu dampaknya adalah semakin tajamnya tikungan yang tepat berada di sisi selatan jembatan. akibatnya, tak jarang banyak pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan di tikungan ini. meskipun pihak pemerintah telah melakukan tindakan pengamanan di tikungan ini, misalnya membuat pagar besi namun kecelakaan masih sering terjai di tikungan jembatan ini.
Cerita mistis pun berkembang menjadi buah bibir ketika terjadi kecelakaan di tikungan ini, warga sekitar percaya jika di lokasi tikungan itu ada penunggunya, sebagian dari mereka mempercayai bahwa di area ini terdapat sesosok hantu wanita yang memakai baju putih, warga sekitar menyebutnya peri (kuntilanak). Banyak warga yang sudah pernah melihat hantu ini di area tikungan tersebut, mitos yang berkembang di kalangan masyarakat sekitar sungai jika ada suara ratapan orang menangis, maka biasanya dalam waktu dekat di area itu akan ada kecelakaan dan akan meminta korban jiwa.
Sekarang kondisi tikungan ini sudah memprihatinkan, tidak ada batas pagar pengaman, meski penerangan sudah memadai, namun keberadaan pagar pengaman tikungan disini sangat di perlukan, mengingat kondisi tikungan yang sangat tajam dan kadang berpasir.